Diantara sifat tercela yang dilarang oleh syara’ adalah hasad. Inilah penyakit laten yang banyak menimpa umat ini, bahkan tidak jarang pula menimpa para penuntut ilmu syar’i. naudzu billahi min dzalik. Maka dari itu penting bagi kita untuk mengetahui secara mendalam tentang bahaya hasad ini agar kita terhindar darinya.
BAHAYA HASAD
Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain. Bukanlah definisi yang tepat untuk hasad adalah mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari orang lain, bahkan semata-mata merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain itu sudah terhitung hasad baik diiringi harapan agar nikmat tersebut hilang ataupun sekedar merasa tidak suka. Demikianlah hasil pengkajian yang dilakukan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau menegaskan bahwa “sekedar membenci apa yang dia lihatdari keutamaan dan kebaikan orang yang ia dengki, maka itu adalah hasad”. (Majmu’ Fatawa : 10/111)
HUKUM HASAD
Hasad adalah perkara yang diharamkan dalam islam. Diantara dalil yang menunjukan keharamannya adalah sabda Rasulullah :
لا تحاسدوا ولا تناجشوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يبع بعضكم على بيع بعض وكونوا عباد الله إخوانا
“Janganlah kalian saling dengki, saling berlaku curang dalam jual beli, saling membenci, saling membelakangi (menjauhi), dan janganlah membeli barang yang tengah ditawar saudaranya, dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara”. (Muslim : 2564)
Sebagian salaf mengatakan : “Hasad adalah dosa yang pertama kali muncul dalam memaksiati Allah di langit, yaitu hasadnya Iblis kepada Adam. Dan hasad juga merupakan dosa yang pertama kali muncul dalam memaksiati Allah di bumi, yaitu ketika hasadnya anak Adam kepada saudaranya ketika membunuhnya”. (Adabud-Dunya wad-Dien, Al-Mawardi: 424).
Disamping itu hasad adalah sifat dasar orang-orang yahudi (lihat QS. Al-Baqarah: 109, Ali Imran: 120, An-Nisa’: 54)
HAL-HAL YANG MENJURUS KEPADA PERBUATAN HASAD
Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi menjelaskan bahwa diantara hal-hal yang menjerumuskan seseorang kepada perbuatan hasad adalah :
· Sifat sombong yang merasuk ke dalam jiwa seseorang, sebagaimana yang dilakukan Iblis la’natullah ‘alaih.
· Merasa dirinya lebih mulia dari yang lainnya.
· Tidak menginginkan orang lain lebih tinggi darinya.
· Merasa khawatir kalau sesuatu yang menjadi tujuannya dimiliki oleh orang lain.
· Cinta kepemimpinan dan tidak ingin orang lain mendahuluinya. (Adhwa’ul-Bayan: 9/165)
HASAD MEMILIKI BANYAK BAHAYA DI ANTARANYA:
- Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah, Allah berfirman: “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia , dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Az-Zukhruf : 32).
- Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
- Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.
- Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi. Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi bersabda, “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih)
- Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.
- Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi bersabda, “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim). Tuntutan hadits di atas adalah merasa tidak suka dengan hilangnya nikmat Allah yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
- Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman,
وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)
- Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada. Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri nikmat tersebut.
- Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.
- Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka.
TERAPI PENYAKIT HASAD
· Ilmu yang bermanfaat
Dengan ilmu yang dimiliki, dia akan menyadari bahwa hasad hanya akan membahayakan dunia dan agamanya. Bahaya bagi agamanya karena dengan hasad berarti dia telah menentang takdir Allah. Bahaya bagi dunianya karena hati orang hasad akan merasakan pedih manakala orang lain mendapatkan ni’mat. Ia akan merasa sesak dada, sedih dan gundah, serta dunia akan terasa sempit baginya. Hasad hanya akan menyeret pelakunya berpaling dari meminta keutamaan Allah. Lantaran dia akan selalu sibuk mengawasi nikmat Allah yang diberikan kepada orang yang dia dengki, sementara dirinya sendiri lupa meminta keutamaan dari Allah. (lihat QS. An-Nisa’ : 32)
· Menerima takdir Allah dengan lapang dada
Rasulullah bersabda : “Terimalah/ridholah terhadap apa yang telah Allah berikan kepadamu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya” (HR. Tirmidzi: 2305, Ahmad: 2/310. Dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 930)
Sebagian salaf berkata : “Barangsiapa yang ridha terhadap ketentuan Allah, maka tiada seorang pun yang membencinya. Dan barangsiapa yang qana’ah terhadap pemberian Allah, rasa hasad tidak akan merasukinya”. (Adabud-Dunya wad-Dien: 425).
Ringkasnya, dengki adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang. Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun sangat disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar. Padahal sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orang-orang yang sangat menjauhi sifat hasad dan manusia yang paling mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.
Artikel dari berbagai sumber