Minggu, 01 Januari 2012

BAHAYA HASAD & SOLUSINYA

Diantara sifat tercela yang dilarang oleh syara’ adalah hasad. Inilah penyakit laten yang banyak menimpa umat ini, bahkan tidak jarang pula menimpa para penuntut ilmu syar’i. naudzu billahi min dzalik. Maka dari itu penting bagi kita untuk mengetahui secara mendalam tentang bahaya hasad ini agar kita terhindar darinya.

BAHAYA HASAD

Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain. Bukanlah definisi yang tepat untuk hasad adalah mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari orang lain, bahkan semata-mata merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain itu sudah terhitung hasad baik diiringi harapan agar nikmat tersebut hilang ataupun sekedar merasa tidak suka. Demikianlah hasil pengkajian yang dilakukan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau menegaskan bahwa “sekedar membenci apa yang dia lihatdari keutamaan dan kebaikan orang yang ia dengki, maka itu adalah hasad”. (Majmu’ Fatawa : 10/111)

HUKUM HASAD

Hasad adalah perkara yang diharamkan dalam islam. Diantara dalil yang menunjukan keharamannya adalah sabda Rasulullah :

لا تحاسدوا ولا تناجشوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يبع بعضكم على بيع بعض وكونوا عباد الله إخوانا
Janganlah kalian saling dengki, saling berlaku curang dalam jual beli, saling membenci, saling membelakangi (menjauhi), dan janganlah membeli barang yang tengah ditawar saudaranya, dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara”. (Muslim : 2564)

Sebagian salaf mengatakan : “Hasad adalah dosa yang pertama kali muncul dalam memaksiati Allah di langit, yaitu hasadnya Iblis kepada Adam. Dan hasad juga merupakan dosa yang pertama kali muncul dalam memaksiati Allah di bumi, yaitu ketika hasadnya anak Adam kepada saudaranya ketika membunuhnya”. (Adabud-Dunya wad-Dien, Al-Mawardi: 424).

Disamping itu hasad adalah sifat dasar orang-orang yahudi (lihat QS. Al-Baqarah: 109, Ali Imran: 120, An-Nisa’: 54)

HAL-HAL YANG MENJURUS KEPADA PERBUATAN HASAD

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi menjelaskan bahwa diantara hal-hal yang menjerumuskan seseorang kepada perbuatan hasad adalah :

·         Sifat sombong yang merasuk ke dalam jiwa seseorang, sebagaimana yang dilakukan Iblis la’natullah ‘alaih.
·         Merasa dirinya lebih mulia dari yang lainnya.
·         Tidak menginginkan orang lain lebih tinggi darinya.
·         Merasa khawatir kalau sesuatu yang menjadi tujuannya dimiliki oleh orang lain.
·         Cinta kepemimpinan dan tidak ingin orang lain mendahuluinya. (Adhwa’ul-Bayan: 9/165)

HASAD MEMILIKI BANYAK BAHAYA DI ANTARANYA:
  1. Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah, Allah berfirman: “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia , dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Az-Zukhruf : 32).
  2. Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada.
  3. Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.
  4. Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi. Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi bersabda, “Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih)
  5. Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.
  6. Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi bersabda, “Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim). Tuntutan hadits di atas adalah merasa tidak suka dengan hilangnya nikmat Allah yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
  7. Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal Allah ta’ala berfirman,
وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa’: 32)
  1. Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada. Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri nikmat tersebut.
  2. Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.
  3. Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka.
TERAPI PENYAKIT HASAD

·         Ilmu yang bermanfaat

Dengan ilmu yang dimiliki, dia akan menyadari bahwa hasad hanya akan membahayakan dunia dan agamanya. Bahaya bagi agamanya karena dengan hasad berarti dia telah menentang takdir Allah. Bahaya bagi dunianya karena hati orang hasad akan merasakan pedih manakala orang lain mendapatkan ni’mat. Ia akan merasa sesak dada, sedih dan gundah, serta dunia akan terasa sempit baginya. Hasad hanya akan menyeret pelakunya berpaling dari meminta keutamaan Allah. Lantaran dia akan selalu sibuk mengawasi nikmat Allah yang diberikan kepada orang yang dia dengki, sementara dirinya sendiri lupa meminta keutamaan dari Allah. (lihat QS. An-Nisa’ : 32)

·         Menerima takdir Allah dengan lapang dada

Rasulullah bersabda : “Terimalah/ridholah terhadap apa yang telah Allah berikan kepadamu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya” (HR. Tirmidzi: 2305, Ahmad: 2/310. Dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 930)

Sebagian salaf berkata : “Barangsiapa yang ridha terhadap ketentuan Allah, maka tiada seorang pun yang membencinya. Dan barangsiapa yang qana’ah terhadap pemberian Allah, rasa hasad tidak akan merasukinya”. (Adabud-Dunya wad-Dien: 425).

Ringkasnya, dengki adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang. Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun sangat disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar. Padahal sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orang-orang yang sangat menjauhi sifat hasad dan manusia yang paling mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.

Artikel dari berbagai sumber

Baca Selengkapnya...

Sabtu, 31 Desember 2011

Sayyidul Istighfar (Rajanya Istighfar)

أللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَاْ عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إَلَّا أَنْتَ

(Allaahumma Anta Rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa ana ‘abduka, wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’uudzu bika min syarri maa shana’tu, abuu`u laka bi ni’matika ‘alayya, wa abuu`u laka bi dzanbii faghfir lii, innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta)

Ya Allah, engkau adalah Rabb ku tidak ada yang berhak disembah selain engkau, engkau yang telah menciptakanku dan aku adalah hambamu, dan aku berada di atas perjanjian-Mu semampuku, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat, aku mengakui nikmatmu atas ku dan aku mengakui dosa-dosaku maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa selain-Mu…

***Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang mengucapkannya pada siang hari seraya meyakininya, kemudian ia mati sebelum sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan siapa saja yang mengucapkannya pada malam hari seraya meyakininya, kemudian ia mati sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga (HR Bukhari: 5659)


Baca Selengkapnya...

BIOGRAFI SINGKAT SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH

Syaikhul Islam dilahirkan pada tanggal 10 Robi’ul Awwal 661 Hijriah di Hurran, lalu sang ayah membawaya pindah ke Damaskus pada tahun 667, tepatnya ketika bang Tartar menyerang desa beliau. Maka Syaikhul Islam tumbuh disana. Ayah dan kekeknya merupakan ulama terkemuka pada masanya.

Syaikhul Islam mampu menyerap berbagai disiplin ilmu pada umur yang relatif masih muda, karena dia mempunyai daya ingat yang sangat menakjubkan, mampu menghapal apapun yang dilihatnya dan banyak orang yang menuturkan kisah biografinya yang mencengangkan tentang kehebatannya ini.

Dia menjadi sosok teladan dalam kezuhudan dan kebebasan dirinya dari keduniaan, dikenal sebagai orang yang mampu melepaskan diri dari rasa dengki dan tidak pernah membalas untuk kepentingan dirinya.

Ibnu Makhluf, seorang hakim madzhab Maliki berkata, “Kami tidak pernah mengenal orang semacam Ibnu Taimiyah. Kami pernah memberikan nasihat kepadanya, tapi kemudian kami tak mampu menandinginya. Dia lebih unggul daripada kami, namun dia tetap ramah kepada kami’.

Dia mempelajari fiqih dan ushul dari bapaknya, di samping belajar dari beberapa orang guru.
Muridnya yang juga tak kalah tenar dengannya ialah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Al-Hafidz Ibnu Katsir, Al-Imam Adz-Dzahabi, dan lain-lain.

Syaikhul Islam mempelajari berbagai disiplein ilmu yang ada pada zamanya dengan pengkajian yang mendalam, kemudian rajin menulis dan juga membantah orang-orang yang tidak sependapat dengannya. Dia meninggalkan buah karangan hingga lima puluh buku.
Diantara karangannya ialah :
           ·      Al-Furqan baina Auliya’ ar-Rahman wa Auliya’ Asy-Syaithan
           ·           Jawabu Ahlil-Ilmi wal-Iman
           ·           Al-Jawab Ash-Shahih
           ·           Dar’u Ta’arudhil-Aqli wan-Naqli
           ·           Bayanu Talbisil-Jahmiyyah
           ·           Dan lain-lainnya.

Para ulama dan iman banyak yang angkat topi terhadap imam ini. Karena itulah mereka memberikan sebutan Syaikhul Islam. Tidak ada yang mencelanya kecuali orang yang bodoh dan tidak mengetahui jatidirinya, karena siapa yang tidak mengetahui tentang sesuatu, tentu dia akan mengingkarinya.
Al-Allamah Baha’uddin Ibnu As-Subky pernah menulis buku. Dia mengatakan kepada orang yang berkomentar dengan nada miring tentang Ibnu taimiyah, “Demi Allah wahai Fulan, tidak ada orang yang membenci Ibnu Taimiyah kecuali orang yang bodoh atau orang yang mengikuti hawa nafsunya. Orang yang bodoh tidak menyadari apa yang dia ucapkan, sedangkan orang yang mengikuti hawa nafsunya akan dihalangi hawa nafsunya untuk mengikuti kebenaran, meskipun dia sudah mengetahui kebenaran itu.”

Syaikhul Islam dijebloskan ke balik terali penjara terakhir kalinya pada bulan Sya’ban 726 H. Dan disingkan di sebuah benteng. Syaikhul Islam mendekam disan hingga Allah mewafatkannya pada tanggal 26 Dzul-Qa’idah 728 H.

Prosesi jenazahnya diikuti ribuan orang yang melimpah ruah hingga mencapai lima puluh ribu orang. Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas, memberinya pahala yang baik sebagaimana yang diberikan kepada para da’i.
Baca Selengkapnya...

Minggu, 25 Desember 2011

SYAHADAT لا إله إلا الله (LAA ILAAHA ILLALLAH)

Apakah setiap orang yang mengucapkan لا إله إلا الله berhak dibukakan pintu surga untuknya?

seseorang bertanya kepada Wahb Bin Munabbih : "Bukankah لا إله إلا الله (Laa Ilaaha Illallah) itu kunci pintu surga?".
beliau menjawab : "Ya, tetapi setiap kunci mempunyai gerigi, jika kamu membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga dibukakan untukmu, tetapi jika kamu membawa kunci yang tak bergerigi, maka pintu tersebut tidak akan dibukakan untukmu".

Lalu apa yang dimaksud dengan gerigi kunci tersebut?

Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menerangkan tentang gerigi kunci ini di dalam hadits-haditsnya, seperti hadits : "Siapa yang mengucpkan Laa Ilaaha Illallah dengan ikhlas", "dengan hati yang yakin", "dia benar-benar mengucapkannya dari lubuk hatinya" dan ungkapan yang lain, dimana hadits-hadits tersebut mengaitkan masuknya surga dengan mengetahui makna Laa Ilaaha Illallah, tetap teguh kepadanya sampai ajal datang, tunduk dan patuh terhadap maksudnya, dll.

Berdasarkan dalil-dalil, para ulama menyimpulkan tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi, dalam kondisi terhindar dari segala faktor penghalang, sehingga kalimat Laa Ilaaha Illallah menjadi kunci pembuka pintu surga, dan berguna bagi orang yang mengucapkannya, dan syarat-syarat itu adalah gerigi kunci tersebut, yaitu :
1. Ilmu (Mengetahui makna Syahadat Laa Ilaaha Illallah)
2. Meyakini kebenaran Syahadat Laa Ilaaha Illallah
3. Ikhlas hanya untuk mencari Ridho Allah
4. Jujur, sesuai dengan hati
5. Mencintai hakikat Syahadat Laa Ilaaha Illallah
6. Menerima segala konsekwensi Syahadat Laa Ilaaha Illallah tanpa ada penolakan serta bantahan
7.  Melaksanakan/menjalankan segala konsekwensinya


Wallahu a'lam..
Baca Selengkapnya...

Download MP3 Al-Quran (Murottal)

Berikut merupakan beberapa situs yang menyediakan MP3 Murottal free download :

1. Quranic Audio
2. Islam Way
3. Mp3 Quran
4. Potongan ayat-ayat Al-Quran (tvQuran)
5. Murottal Anak-anak
6. Murottal Syaikh Misyari Rasyid
7. Islam Web / Islam Web (Arabic)
8. Murottal Abu Usamah (Juz 30)
9. Dll.

Semoga Bermanfaat...
ألــلــهــم اجــعــل الــقــرآن الــعــظــيــم ربــيــع قــلــوبــنــا ونور صدورنا و جــلاء أحــزانــنــا وذهــاب غــمــومــنــا وهمومنا وقــائــدنــا وســائــقـــنــا إلــى جنتك جــنّــة الــنّــعــيــم
Baca Selengkapnya...

SMS TAUSIYAH GRATIS

Alhamdulillah, dewasa ini teknologi semakin maju, sehingga kita bisa memanfaatkannya untuk berdakwah, disana ada beberapa ikhwan/organisasi yang sukarela -insya Alloh- menawarkan kepada kita SMS TAUSIYAH, mulai dari mutiara hadits, qoul ulama, berita islam terkini, dsb. 100% gratis tanpa dipungut biaya sepeserpun kecuali untuk biaya daftar saja (sesuai tarif standar masing-masing operator), semoga Alloh membalas kebaikan mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda, Aamiin....

diantaranya yaitu:


1.    SMS HISBAH
       ketik Reg#DAKWAH#NAMA#ALAMAT
       ke 083811888118

2.    SMS NASEHAT
       ketik NASEHAT_NAMA_UMUR_KOTA
       kirim ke 083866429970.

3.    SMS DAKWAH RADIO MUADZ (kendari)
       ketik: Daftar Nama kota
       kirim ke 085241877661

4.   SMS HIKMAH (SHC)
      ketik: HIKMAH ON#NAMA#L/P#KOTA#USIA#EMAIL#NO HP
      kirim ke 08989960393

5.   SMS HADITS
      ketik : Reg PWM NAMA_KOTA_PEKERJAAN
      kirim ke 081915330551

6.    SMS DAKWAH ARSADA
       ketik : Reg-nama-alamat
       kirim ke 08365465456

7.   SMS TAUSIYAH
      ketik : nama_alamat_umur_jenis kelamin_email
      kirim ke 087715034839

8.   SMS DAKWAH VOA-ISLAM
      ketik : Daftar#nama#kota
      kirim ke 087779060700

9.   SMS DAKWAH AL-SOFWAH
      ketik : Reg (spasi) Dakwah#Nama#Alamat
      kirim ke 083898998004/083898991002

10. SMS TAUSIYAH MP
      ketik : Reg MP
      kirim ke 08525509555

11. SMS TAUSIYAH ILMU NAFI'
      ketik : Reg Tausiyah nama TTL alamat pekerjaan
      kirim kE 087835446606

12. SMS BERITA ISLAM
      ketik : Daftar sms berita islam-nama-usia TTL
      kirim ke 085334029760

13. SMS TAUHID (Aa Gym)
      ketik : DAFTAR#NAMA#KOTA
      kirim ke 082130303038

14. SMS WAHDAH
      ketik : PANDUAN
      kirim ke 085396172266

15. SMS TAUSIYAH MAJALAH TASHFIYAH
      Ketik : Tausiyah spasi Nama spasi Kota Asal
        Kirim ke 083869935871


SEMOGA BERMANFAAT...




Baca Selengkapnya...

Sabtu, 24 Desember 2011

Hukum Seputar Natal dan Tahun Baru

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin pernah ditanya mengenai hukum seputar perayaan hari Natal.

Pertanyaan: 
Apa hukumnya mengucapkan selamat kepada selamat kepada orang kafir pada perayaan hari besar keagamaan mereka? (Misal: Merry Christmas, selamat hari Natal dan tahun baru) Dan bagaimana kita menyikapi mereka jika mereka mengucapkan selamat Natal kepada kita. Apakah dibolehkan pergi ketempat-tempat dimana mereka merayakannya. Dan apakah seorang Muslim berdosa jika ia melakukan perbuatan tersebut tanpa maksud apapun? Akan tetapi ia melakukannya hanya menampakkan sikap tenggang rasa, karena malu atau karena terjepit dalam situasi yang canggung, ataupun karena alasan lainnya. Dan apakah dibolehkan menyerupai mereka dalam hal ini?

Jawab:
 Mengucapkan selamat kepada orang kafir pada perayaan Natal atau hari besar keagamaan lainnya dilarang menurut ijma’. Sebagaimana disebutkan Ibnul Qayyim rahimahullah dalam bukunya “Ahkamu Ahlidz-dzimmah”, beliau berkata, “Bahwa mengucapkan selamat terhadap syi’ar-syi’ar kafir yang menjadi cirri khasnya adalah haram, secara sepakat.
Seperti memberi ucapan selamat kepada mereka pada hari-hari rayanya atau puasanya, sehingga seseorang berkata, “Selamat hari raya”, atau ia mengharapkan agar mereka merayakan hari rayanya atau hal lainnya. Maka dalam hal ini, orang yang mengatakannya terlepas dari jatuh kedalam kekafiran, namun (sikap yang seperti itu) termasuk dalam hal-hal yang diharamkan. Ibarat ia mengucapkan selamat atas sujudnya mereka kepada Salib. Bahkan ucapan selamat terhadap hari raya mereka dosanya lebih besar disisi Allah dan jauh lebih dibenci daripada memberi selamat kepada mereka karena meminum khamr atau membunuh seseorang, berzina, dan perkara-perkara yang sejenisnya. Dan banyak orang yang tidak paham agama terjatuh ke dalam perkara ini dan ia tidak mengetahui keburukan perbuatannnya. Maka siapa yang memberi selamat kepada seseorang yang melakukan perbuatan dosa, bid’ah atau kekafiran berarti ia telah membuka dirinya kepada kemurkaan Allah.” –Akhir dari perkataan Ibnul Qayyim.

(Syaih Utsaimin melanjutkan) Haramnya memberi selamat kepada orang kafir pada hari raya keagamaan mereka sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim adalah karena didalamnya terdapat persetujuan atas kekafiran mereka dan menunjukkan ridha dengannya. Meskipun pada kenyataanya seseorang tidak ridha dengan kekafiran namun tetap tidak diperbolehkan bagi seorang muslim meridhai syi’ar atau perayaan mereka, atau mengajak yang lain untuk memberi selamat kepada mereka. Karena Allah Ta’ala tidak meridhai hal tersebut, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hambaNya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuran itu.” (QS. Az-Zumar 39:7). Allah Ta’ala juga berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maaidah:3).

Maka memberi selamat kepada mereka dengan ini hukumnya haram, sama saja apakah terhadap mereka (orang-orang kafir) yang terlibat bisnis dengan seseorang (Muslim) atau tidak. Jadi jika mereka memberi selamat kepada kita dengan ucapan selamat hari raya mereka, kita dilarang menjawabnya karena itu bukan hari raya kita dan hari raya mereka tidak diridhai Allah karena hal itu merupakan hal-hal yang diada-adakan (bid’ah) didalam agama mereka atau hal itu ada syari’atnya tapi telah diihapuskan oleh agama Islam yang Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam telah diutus dengannya untuk semua makhluk. Allah Ta’ala berfirman tentang Islam, “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran: 85). Dan bagi seorang muslim, memenuhi undangan mereka untuk menghadiri hari rayanya hukumnya haram. Karena hal ini lebih buruk daripada sekedar memberi selamat kepada mereka, dimana didalamnya akan menyebabkan berpartisipasi dengan mereka. Juga diharamkan bagi seorang muslim untuk menyerupai atau meniru-niru orang kafir dalam perayaan mereka dengan mengadakan pesta, bertukar hadiah, libur dari bekerja atau yang semisalnya. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu’alihi wa sallam, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari mereka.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata dalam bukunya, Iqtidha’ Shirathal Mustaqim, “Menyerupai atau meniru-niru mereka dalam hari raya mereka menyebabkan kesenangan dalam hati mereka terhadap kebathilan yang ada pada mereka, bisa jadi itu menguntungkan mereka guna memanfaatkan kesempatan untuk menghina/ merendahkan orang-orang yang berpikiran lemah.” (Fatwa Syaikh Utsaimin dikutip dari
www.salafy.or.id)

Berdasar pada ulasan diatas, maka telah jelas jika perayaan Natal itu sendiri merupakan sesuatu yang diada-adakan (bid’ah) didalam agama Kristen. Hal ini karena dalam Bibel sendiri tidak ada perintah untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Selain itu, perayaan Natal yang diadakan setiap tanggal 25 Desember tidak berdasar pada bukti ilmiah bahwa Yesus lahir pada waktu tersebut. Maka kaum Muslimin seharusnya tidak ikut serta dalam perayaan Natal dan tidak mengucapkan selamat hari raya pada mereka. Pengucapan selamat atas perayaan mereka mengandung persetujuan kita atas apa yang mereka lakukan. Padahal dalam perayaan Natal itu sendiri terjadi aktivitas penyekutuan terhadap Allah. Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan kekuatan kepada kaum muslimin agar selalu tegak diatas agamanya.

Syaikhul Islam Ibnu Timiyah berkata, "Ikut merayakan hari-hari besar mereka (Ahli Kitab) tidak diperbolehkan karena dua alasan".

Pertama. Bersifat umum, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa hal tersebut berarti mengikuti ahli Kitab, yang tidak ada dalam ajaran kita dan tidak ada dalam kebiaasaan Salaf. Mengikutinya berarti mengandung kerusakan dan meninggalkannya terdapat maslahat menyelisihi mereka. Bahkan seandainya kesamaan yang kita lakukan merupakan sesuatu ketetapan semata, bukan karena mengambilnya dari mereka, tentu yang disyari'atkan adalah menyelisihiya karena dengan menyelisihinya terdapat maslahat seperti yang telah diisyaratkan di atas. Maka barangsiapa mengikuti mereka, dia telah kehilangan maslahat ini sekali pun tidak melakukan mafsadah (kerusakan) apapun, terlebih lagi kalau dia melakukannya.

Alasan Kedua. Karena hal itu adalah bid'ah yang diada adakan. Alasan ini jelas menunjukkan bahwa sangat dibenci hukumnya menyerupai mereka dalam hal itu". Beliau juga mengatakan, "Tidak halal bagi kaum muslimin ber-Tasyabuh (menyerupai) mereka dalam hal-hal yang khusus bagi hari raya mereka ; seperti, makanan, pakaian, mandi, menyalakan lilin, meliburkan kebiasaan seperti bekerja dan beribadah ataupun yang lainnya. Tidak halal mengadakan kenduri atau memberi hadiah atau menjual barang-barang yang diperlukan untuk hari raya tersebut. Tidak halal mengizinkan anak-anak ataupun yang lainnya melakukan permainan pada hari itu, juga tidak boleh menampakkan perhiasan.
Ringkasnya, tidak boleh melakukan sesuatu yang menjadi ciri khas dari syi'ar mereka pada hari itu. (Dalam Iqtidha Shirathal Mustaqim, pentahqiq Dr Nashir Al-'Aql 1/425-426).

[Dikutip dari situs belajarislam.com]
Baca Selengkapnya...